POTENSI PERTANIAN DESA JANGKRIKAN


Pengertian Potensi

Potensi desa adalah segenap sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki desa sebagai modal dasar yang perlu dikelola dan dikembangkan bagi kelangsungan dan perkembangan desa.

Fungsi desa sebagai berikut :

  1. Desa sebagai Hinterland (pemasok kebutuhan bagi kota)
  2. Desa merupakan sumber tenaga kerja kasar bagi perkotaan
  3. Desa merupakan mitra bagi pembangunan kota
  4. Desa sebagai bentuk pemerintahan terkecil di wilayah Kesatuan Negara Republik Indonesia

Desa pun berkembang dan kriteria yang dipakai untuk menentukan klasifikasi desa adalah adat istiadat, ekonomi, prasarana, serta tingkat kemampuan mengelola potensi yang ada. 

Secara hirarkhis perkembangan desa sbb:

  1. Desa Swadaya, yaitu desa yang memiliki potensi tertentu tetapi dikelola dengan sebaik-baiknya.
  2. Desa Swakarya, yaitu desa dalam keadaan peralihan dan sudah mendapatkan pengaruh dari luar untuk mengolah potensinya sehingga desa ini sudah sedikit lebih berkembang.
  3. Desa Swasembada, yaitu desa yang karya masyarakatnya sudah mampu melaksanakan pembangunan dan potensinya sudah memberikan daya dukung bagi pembangunan desanya sehingga desa ini sudah dikatakan makmur.

Desa Jangkrikan Kecamatan Kepil Kabupaten Wonosobo memiliki  potensi pertanian dengan luas kurang lebih 96 ha/ m² dari luas wilayah 465 ha/ m² dimana pertanian Desa Jangkrikan dapat dikatakan cukup baik  itu terlihat masih banyaknya lahan yang dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Selain itu di dukung juga oleh keadaan tanah Desa Jangkrikan yang cukup subur. Sehingga potensi pertanian di desa Jangkrikan sangat prospektif untuk kedepannya. Sebagian besar  masyarakat Desa Jangkrikan memiliki mata pencaharian sebagai petani. Sehingga terdapat banyak komoditas yang mereka tanam sesuai dengan kebutuhan mereka. Komoditas pertanian yang terdapat di desa Jangkrikan antara lain: komoditas padi, jagung, cabai, kacang panjang, terong, tomat dan lain lain. Dimana yang sebagai komoditas utama adalah padi dan cabai.
Pola tanam pertanian di desa Jangkrikan sangat beragam ada yang pola tanam secara monokultur ada juga yang pola tanam secara polikultur. Pola tanam merupakan suatu urutan tanam pada sebidang lahan dalam satu tahun. Pola tanam terbagi dua yaitu pola tanam monokultur dan pola tanam polikultur. Pola tanam monokultur adalah pola tanam dengan menanam tanaman sejenis. Misalnya sawah ditanami padi saja, jagung saja, atau cabai saja. Tujuan menanam secara monokultur adalah meningkatkan hasil pertanian. Sedangkan pola tanam polikultur ialah pola tanam dengan banyak jenis tanaman pada satu bidang lahan yang tersusun dan terencana dengan menerapkan aspek lingkungan yang lebih baik, termasuk didalamnya masa pengolahan tanah. Di Desa Jangkrikan sendiri untuk komoditas sayuran seperti kacang panjang, terong pada umumnya menggunakan pola tanam monokultur sedangkan untuk komoditas jagung menggunakan pola tanam polikultur dengan tanaman kacang tanah selain itu ada juga tanaman buncis dengan tanaman jagung, dimana tanaman jagung  sebagai tanaman border (tanaman pelindung). Jenis tanaman yang menggunakan pola tanam monokultur lainnya adalah padi, cabai, dan lain lain. Dalam hal penyediaan bibit dan pupuk para petani Desa Jangkrikan masih mengandalkan toko-toko pertanian yang ada di Kecamatan Kepil .

Untuk mendukung kegiatan dan pengetahuan para petani di Desa Jangkrikan , para petani bergabung dalam kelompok tani yang terdiri dari Kelompok Tani Rukun  (Dusun Pungangan), Kelompik Tani Ngudi Rahayu  ( Dusun Krajan ), Kelompok Tani Dadi Mulyo (Dusun  Polowono ), ada juga KWT  Kelompok Tani Wanita ( Dusun Krajan).  Peran Kelompok Tani seharusnya sebagai wadah para petani untuk  berdikusi mengenai permasalahan pertanian mereka, dan juga sebagai wadah/Jembatan untuk meminta bantuan kepada pemerintahan setempat. Bantuan yang pernah di terima oleh kelompok-kelompok tani berupa pupuk , obat-obatan, mesin pertanian dan juga bibit.
Untuk pengairan sendiri, masyarakat Desa Jangkrikan khususnya petani memanfaatkan sumber air yang berasal dari pegunungan Desa Jangkrikan untuk mengairi areal pertanian mereka dengan menggunakan saluran air yang telah tersedia. Menurut Pak Muhtoni  pengairan merupakan kendala utama untuk para petani khususnya pada musim kemarau. Pada musim kemarau para petani hanya memanfaatkan pengairan seadanya karena harus berbagi air dengan yang lain sehingga menyebabkan penurunan produktivitas pertanian yang mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat yang mayoritasnya petani. Selain di pengairan masalah utama lainnya adalah tidak adanya Koperasi Simpan Pinjam di Desa Jangkrikan untuk membantu permodalan para petani.
Penanganan hama dan penyakit tanaman di Desa Jangkrikan masih mengandalkan bahan bahan kimia sintetik, mereka belum mengaplikasikan pengendalian hama dan penyakit secara terpadu. Hal ini mungkin terjadi karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran para petani terhadap pengendalian hama dan penyakit yang baik dan ramah lingkungan. Peran pemerintah dalam hal ini sebernarnya sudah dilakukan melalui sosialisasi kepada para petani tetapi mereka masih sulit menerima hal tersebut, karena masih bertumpu pada budaya dan pengetahuan yang turun-temurun.
Hasil pertanian di desa Jangkrikan banyak di konsumsi sendiri artinya hasil pertanian mereka tidak secara komersil (tidak untuk dijual hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri), khususnya untuk tanaman padi hasil panennya tidak untuk dijual hanya untuk konsumsi pribadi saja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tetapi untuk komoditas sayuran diantaranya cabai, terong, tomat, dan kacang panjang, hasil panennya selain untuk konsumsi pribadi juga untuk dijual kepada tengkulak yang sistemnya borongan.
dari keterangan di atas bisa disimpulkan bahwa Desa Jangkrikan Potensi Pertaniannya begitu subur .


Total Dibaca

KATAKAN TIDAK UNTUK KORUPSI DAN PUNGLI !!!

Contact Details

Telephone: 0813-1056-3298
Email:  pemdesjangkrikankepilwonosobo@gmail.com
Website: https://jangkrikan-kepil.wonosobokab.go.id

Jl. Kepil – Bruno Km. 07, Pungangan RT 001/RW 001, Jangkrikan, Kepil Kode Pos 56374